SpongeBob SquarePants

Senin, 06 April 2015

Cerita Pendek


min kris.....
kalo mau copas silahkan jangan lupa isikan komentarmu
GARA-GARA POT BUNGA

Oleh : Sharidevy

Suara hentakan kaki menggema di lorong Asrama Putri Sekolah Menengah Pertama. Hembusan angin yang sayup-sayup tertiup membuat suasana Asrama Putri menjadi sejuk dan sunyi. Sunyi yang demikian membuat siapa pun tak akan berani memasukinya. Terlebih lagi saat jam sekolah.
Kalau saja kemarin aku tidak ketiduran dan tidak melupakan buku Catatan Biologi, mungkin aku tidak akan menyelinap ke Asrama seperti pencuri kecil. Untungnya ada Elsa sahabatku yang mau mengantarku ke Asrama. Kami berlari kecil melintasi lorong asrama yang lembab dan pengap. Segera aku membuka pintu kamar dan mengambil buku catatan yang berada di atas lemariku. “Haaaahh... akhirnya ketemu juga.” Kataku sambil memeluk buku ku. “Dev?? Apa kamu sudah selesai dengan urusanmu? Cepatlah!!” seru Elsa yang sejak tadi berjaga di depan pintu. Aku bergegas keluar dari kamar sambil menoleh ke berbagai arah. “Pyaaaanggg.......” aku terkejut dengan suara yang berasal dari halaman kamarku. Aku sedikit mengintip dan mendapati sebuah Pot bunga pecah.
“Dev... sepertinya kita harus bergegas daripada kita dituduh memecahkan pot itu.” Bisik Elsa. Aku hanya mengangguk dan berlari menuju sekolah. Karena saking takutnya aku tak melihat seseorang didepanku dan “BRAAAAKK.....” Kepalaku membentur badan seseorang yang aku tafsir dia adalah seorang laki- laki. Alhasil buku catatanku terjatuh di genangan air. “Aduhhh... kalo jalan itu liat-liat dong bukuku jadi basah.” kataku sedikit marah. Elsa menyenggol tanganku dan berbisik
“Heyy... sepertinya kita dalam masalah.” Aku langsung menoleh dan terbelalak saat tahu bahwa dia adalah ketua Asrama, Wisnu Wira. Senior di sekolahku.
“Kalian sedang apa?? Ahhh lebih tepatnya di Asrama??” tanya Kak Wisnu penasaran. Aku dan Elsa terdiam dan tidak berani mengeluarkan sepatah kata. Kak Wisnu hanya memandangi kami dan mengeluarkan secarik kertas dan pulpen, dia akan melaporkan kami ke bu asuh.
“Kak Wisnu yang baik hati dan gannntteeng.....” kataku memelas. “Iya memang ganteng, kamu kira rayuanmu itu akan membuatku luluh dan memberimu angin segar?? Ohhh tentu saja tidak.” celetuk Kak Wisnu.
Berkali kali aku memohon padanya untuk tidak melapor pada bu asuh tapi apa daya ia tidak memberi belas kasihnya.
Sepulang sekolah Aku dan Elsa hanya bisa pasrah dan membayangkan hukuman yang akan kami dapat. Dan benar saja sore harinya kami dipanggil dan diintrogasi. Kami dituduh memecahkan pot bunga padahal kami hanya pergi mengambil buku tanpa sedikitpun menyentuh pot bunga itu. Aku berusaha memberi penjelasan bahwa kami tidak melakukannya. Hanya saja kak Wisnu terus ngotot kalau dia melihat kami berada di kamar dan menjatuhkan pot. Duhh ini ketua bikin kesel aja. Gumamku dalam hati.
Suasana makin memanas kala itu. Ditambah Bu asuh yang selalu memihak Kak Wisnu membuat aku berpikir “Ahhh kalau sudah yang namanya omongan dari Kak Wisnu, buk asuh pasti selalu percaya.” Aku yang terduduk lemas dan pikiranku hanya dipenuhi oleh hukuman hukuman yang akan kami dapat. “Isss... awas saja Kak Wisnu, mentang mentang ketua asrama dia bisa seenaknnya ngelaporin kita.” Desis Elsa yang sedari tadi tangannya mengepal seperti sudah siap untuk memukul seseorang. Kak Wisnu hanya melemparkan senyum sinis sambil sembari menggeleng gelengkan kepalanya.
Sampai pada akhirnya penjaga sekolah, Pak Murdi mendengar perdebatan kami dan menanyakan apa permasalahannya.
“Selamat Sore bu... sepertinya ada masalah, kalau boleh saya tau ada apa yaa?” tanya pak Murdi.
“Ini lohh pak, Wisnu melapor pada saya bahwa dia melihat Devy dan Elsa menjatuhkan pot bunga.” jawab bu asuh.
Pak Murdi terbelalak dan mengatakan
“Maksud ibu pot yang di depan kamar 206 putri itu?”
“Iyaa pak...”
“Oalahh Potnya jatuh karena kucing buk.”
“Kucing????”
“Tadi pagi ada seekor kucing yang masuk halaman asrama putri. Saya hendak menangkapnya, ehh malah kucing itu ngejatuhin pot bunga” jelas pak Murdi. Aku dan Elsa akhirnya menghembuskan nafas lega.
“Huffff.... hampir saja kita dapat hukuman” kata Elsa.
“Untung ada Pak Murdi...” gumamku.
Permasalahan pun dapat terselesaikan dan akhirnya kami tidak jadi diberi hukuman oleh Ibu asuh. Dan Kak Wisnu juga meminta maaf pada kami atas kesalah pahamannya. Tentu saja kami memaafkannya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar